Senin, Desember 14, 2009

Polemik

Bagian 9

POLEMIK : Mujadalah Bi Al-Qalam

A. Pengertian

Polemik berasal dari bahasa inggris “ polemic “ berarti debat melalui tulisan. Lebih khas lagi berarti pembantahan melalui tulisan dalam surat kabar dan sebagainya.

Perbedaan polemic dengan diskusi dan debat, lebih pada aspek medianya, yaitu tulisan, bukan lisan. Media tulisan disamping memiliki keunggulan, juga memiliki keterbatasan tersendiri ( tidak bisa langsung, butuh waktu dan sebagainya ). Oleh katena itu polemic memiliki cirri tersendiri dan diantara ciri itu adalah ia merupakan sebuah tanggapan terhadap tulisan yang telah di publikasikan di surat kabar atau sejenisnya. Dengan demikian, objek kajian polemik kali ini, pada dasarnya berupaya memadukan antara lain mujadalah dalam isi dan metode dengan prinsip-prinsip penulisan dalam pemyajiannya.

B. Tujuan Polemik

Dari aspek teoritis polemic bertujuan :

1. Memberi sarana bagi para pencari kebenaran;

2. Memberi sarana untuk pengujian “ kebenaran “

3. Memberi sarana untuk amar ma’ruf nahyi munkar

Adapun dalam lingkup praktis, ia berguna antara lain :

1. Sarana pengakuan kualitas seseorang

2. Cermin kebebasan akademis

3. Cermin masyarakat demokratis

Secara khususnya, polemic memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Memberikan informasi yang lebih dalam dan komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam tulisan yang ditanggapi.

2. Mengajak pembaca lain untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau masalah yang muncul dalam tulisan yang ditanggapi.

3. Memberikan pertimbanagan kepada pembaca lain, apakah sebuah tulisan yang ditanggapi pantas mendapat sambutan dari masyarakat pembaca atau tidak.

4. Memberikan tanggapan berupa penilaian, penolakan maupun klarifikasi terhadap tulisan yang ditanggapi.

C. Keutamaan Polemik

1. Menambah wawasan

2. Menambah daya kritis

3. Ketika analisis kritisnya ditancapakan, penulis polemic juga dibentuk secara ksatria, dengan kemampuannya mengemukakan tanggapannya melalui tulisan, bukan melalui pembicaraan.

4. Tulisan yang telah selesai dibuat, belum cukup baginya untuk dikatakan berpolemik, sebelum dia mampu meyakinkan redaksi media cetak untuk memuatnya. Jika tulisan tersebut dimuat, polemic berlangsung.

5. Jika tulisan polemic telah dimuat, selain bersiap-siap untuk mencermati tanggapan balik dari penulis yang tulisannya ditanggapi, ia juga bersiap-siap untuk mendapatkan honoriun dari redaksi media massa cetak tersebut.

6. Semakin banyak seseorang melakukan penulisan polemik, semakin banyak pula ia melakukan pendidikan terhadap masyarakat pembaca.

7. Semakin banyak mendidik masyarakat, disadari atau tidak, ia semakin banyak dikenal oleh masyarakat pembacanya.

D. Unsur-Unsur Polemik

Sebuah polemik dapat berlangsung apabila ada unsur-unsur yang menjadi pelengkapnya, yaitu berikut ini,

1. Penulis dan Tulisan ( muda’i) yang ditanggapi

Penulis dan tulisan yang ditanggapi merupakan unsur penting dalam polemik. Tanpa adanya penulis dan tulisan yang ditanggapi, sebuah tulisan tidak dapat dikatakan sebagai polemic, melainkan hanya opini, artikel, atau lainnya.

Tulisan yang ditanggapi adalah tulisan yang dimuat di surat kabar atau media cetak lainnya, oleh karenanya, bagi penulis sendiri, jika tulisannya ada yang menanggapi, hal itu merupakan “ nilai plus” walaupun dari aspek isi boleh jadi tidak berarti demikian.

2. Penulis Polemik ( Sa’il )

Penulis polemik adalah penanggap atau pemberi reaksi terhadap tulisan yang dimuat di media cetak. Sa’il dalam polemik memiliki kualifikasi :

1. Telah membaca keseluruhan tulisan yang ditanggapi

2. Mengetahui sepenuhnya tujuan penulis yang ditanggapi tulisannya

3. Memiliki pemahaman yang cukup terjadap kelebihan dan kekurangan tulisan yang ditanggapi, secara akurat dan factual

4. Memiliki kemampuan untuk menyajikan “ sesuatu yang lain” dengan tulisan yang ditanggapi.

5. Mengetahui secara baik latar belakang sasaran pembaca tulisan polemiknya nanti, baik selera, tingkat pendidikan, kalangannya, dan sebagainya.

6. Memahami dengan baik karakteristik media cetak yang akan memuat tulisan polemiknya. Setiap media cetak tentu saja memiliki identitas, termsauk visi dan misi. Dengan begitu, penulis polemik akan mengetahui kebijakan dan jenis tulisan yang disukai suatu redaksi media cetak.

3. Media Massa ( Wasilah )

Media massa disini adalah media cetak, sebab melalui media cetaklah, mujadalah melalui tulisan bisa disalurkan. Oleh karena iu, sebagi perdebatan yang dimuat di media cetak, tulisan polemic harus dikemas dan diarahkan untuk pemuatan di media massa cetak. Belum terjadi sebuah polemik apabila tulisan yang satu dimuat di media mass cetak, sementara yang lain hanya berbentuk tulisan makalah.

Itulah sebabnya, keseimbangan media menjadi penting. Walaupun tentu tidak mengharuskan penulisan polemik tersebut pada media cetak yang sama. Boleh saja, seorang penulis polemik menulis tanggapan tulisan pada media A, sedangkan ia menulisnya di media B walaupun biasanya , polemik berjalan pada media yang sama.

Memang, tulisan polemik lebih memungkinkan jika diarahkan pada media cetak yang sama. Kemungkinan pemuatannya pun akan lebih besar sebab dengan adabya tanggapan penulis polemic, pada dasarnya. Redaksi memandang bahwa artikel yamng dimuatnya dibaca dan diperhatikan pembacanya.

E. Karakteristik Mujadalah Melalui Polemik

Di antara karakter media cetak atau tulisan adalah :

1. Disajikan melalui tulisan, bukan pembicaraan

2. Bersifat selektif, tidak dijamin secara penuh bahwa tulisan yang di buat pasti dimuat,

3. Bersifat massa, bukan antar individu atau kelompok kecil.

4. Terabadikan atau terarsipkan, bukan selintas dan hilamg begitu saja.

Dengan karakter-karakter media tulisan tersebut, polemik dibuat dengan karakter :

1. Pernyataan, argumentasi dan alasan pendukung disajikan melalui tulisan, dengan mengacu pada kaidah-kaidah penulisan yang baik, sesuai dengan media yang akan dituju,

2. Tulisan polemik perlu dibuat seapik, semenarik, dan seorisinal mungkin, sebab untuk dimuat, pijak redaksi perlu “dirayu” oleh daya tawar tulisan polemik yang dimuat.

3. Setiap karya polemik tidak hanya terfokus pada sosok penulis muda’i yang ditanggapi, namun secara sadar tulisan itu juga akan di baca oleh massa yang sangat banyak, seukuran lebih dari oplah dan jangkauan pemasaran mediacyang akan dituju.

4. Mengingat polemic sebagai karya mujadalah yang terabadikan, konsekuensinya karya polemik perlu dibuat lebih seksama, dengan segala antisipasi terhadap berbagai tanggapan yang mungkim akam termuat kembali atau tersampaikan, baik dari penulis yang ditanggapi atau pembaca lain yang juga membaca tulisan polemik yang di buat.

F. Strategi Polemik

Ketika seseorang membaca tulisan orang lain, bagi penulis polemic, ada prinsip dasar yang dapat diperhatikan dari tulisan tersebut :

1. Jika seorang penulis polemik hendak membuat tanggapan atau penolakannya terhadap sebuah masalah atau pendapat yang ditulis orang lain, hendaknya penolakan itu diarahkan pada beberapa pokok yang penting saja dari artikel itu daripada mengarahkannya pada seluruh persoalan. Cara ini dipandang lebih baik dari pada menghantam semua tulisan.

2. Seorang yang bijkasana tidak akan memercayai begitu saja formulasi-formulasi yang tampaknya sangat dalam suatu argumentasi. Penulis harus mengutip secara tepat rumusan-rumusan dari argumentasi atau pokok-pokok persoalan yang akan ditolak.

3. Karena penolakan biasanya dianggap sebagai proses untuk menyerang keyakinan orang lain, tidak ada alasan untuk tidak ,e,pergunkan poses-proses yang sama, untuk menguji sikap atau gagasan penulisan sendiri. Dengan demikian, metode-metode penolakan dapat dipergunkan juga untuk mengadakan evaluasi terhadap argumentasi atau penalaran penulis polemik sendiri.

G. Tehnik Membangun Penolakan

Dalam hal ini Gorys Keraf, mengajukan beberapa metode penolakan, diantaranya berikut ini :

1. Menyerang Autoritas

Menyerang autoritas adalah menyerang aspek terpenting suatu tulisan. Untuk menilai suatu autoritas perlu dilihat apakah pendapat autoritas didukung dan diperkuat oleh kesaksian ahli atau oleh eksperimen tertentu. Apabila tidak melihat bahwa autoritas yang dikutip itu tidak diperkuat oleh eksperimen atau fakta-fakta, penulis polemik dapat menolak atau menyerang autoritas yang dikutip tersebut.

2. Mengemukakan Prabukti

Prabukti merupakan cara yang paling efektif untuk menolak sesuatu pendapat karena ia mengemukakan evidensi-evidensi ( alasan pendukung, seperti teori ) tambahan atau jalan pikiran yang lebih baik untuk membuktikan kesalahan pendapat lawan.

3. Menunjukan Kesalahan dalam Penalaran

Kesalahan penalaran termasuk hal mendasar dalam proses penolakan. Harapan untuk memperoleh kebenaran dengan mempergunkan jalan pikiran yang kritis, sering terhalangi oleh kekeliruan-kekeliruan. Kekeliruan tersebut adalah :

a. Generalisasi sepintas lalu

Hala ini biasanya berasal dari keinginan yang kuat untuk menyederhanakan suatu persolan yang kompleks. Argumentasi semacam ini dapat ditolak dengan memperlihatkan bahwa peristiwa-peristiwa yang khusus belum cjkup diselidiki untuk menetapkan kebenaran konklusi itu. Perlu dicari lagi fakta-fakta yang cukup banyak jumlahnya untuk memperkuat kesimpulan itu.

b. Analog yang Pincang

Suatu analog induktif masih diterima sebagai corak penalaran yang logis. Akan tetapi, tidak semua analogi merupakan corak penalaran yang induktif. Ada analogi yang tidak sempurna, pincang, atau terlalu dipaksakan aeolah-olah analogi induktif.

c. Semua Alih-Alih Berapa

Hal yang sering muncul dalam menyusun suatu jalan pikiran, yaitu penggunaan kata semua, namun faktanya tidak member jaminan kebenaran hingga ujung-ujungnya menjadi beberapa.

d. Kesalahan hubungan Kausal

Sering timbul kesalahan seperti ini karena suatu peristiwa terjadi sesudah berlangsungnya peristiwa lain. Peristiwa yang terjadi lebih dulu selalu dianggap menjadi sebab, sedangkan peristiwa yang terjadi sesudahnya selalu dianggap sebagai akibatnya,

e. Kesalahan karena Tidak Mengerti Persoalan

Tidak jarang terjadi, ketika seseorang menjawab suatu pertanyaan, ia sama sekali tidak mengerti isi pertanyaan itu; ia tidak menangkap isi persoalannya sehingga uraian jawaban yang diberikannya pun menyimpang dari pokok pembicaraan.

H. Strategi Penulisan Polemik

1. Hakikat Menulis

Yang dimaksud menulis di sini pada dasarnya ialah menglirkan gagasan yang ada dalam hati, perasaan, dan pikiran melalui gerak tangan yang kemudian disimbolkan dengan lambing-lambang huruf, kemudian tersusun kata-kata, lalu tersusun kalimat-kalimat. Selanjutnya, tersusun paragraf- paragraf yang pada akhirnya mengikat kesatuan unit paragraph tersebut dalam bahasan topic tertentu.

Dengan demikian, perbedaan anatara berbicara dan menulis hanya sedikit saja, yaitu dalam berbicara aliran gagasan tertuang pada alat bicara ( mulut ), sedangkan dalam menulis, alairan gagasan tertuang melalui tangan yang tersimbol pada huruf-huruf, walaupun tidak dinafikan bahwa sebagian penulis pemula sering kali merasa sulit untuk memulai menulis.

Kunci sukses dalam menulis pada dasarnya adalah kesungguhan, ketekunan, dan keuletan dalam berlatih untuk mengalihkan tulisan yang semula untuk konsumsi terbatas menuju konsumsi untuk umum. Hal ini seiring dengan kenyataan bahwa menulis ibarat berenang, teori saja tdak cukup, mesti ada praktik dan latihannya. Bahkan, teori mungkin saja menyusul belakangan.

2. Mulai Latihan Menulis Polemik

Hal-hal yang membantu latihan menulis yaitu dengan :

a. Ambillah Koran atau majalah

b. Bacalah artikel-artikel yang ada di dalamnya.

c. Jika ada artikel yang sesuai dengan latar belakang keahlian atau hobi kita, lebih seksamalah membacanya.

d. Member tanda pada bagian-bagian yang merupakan kata kunci atau gagasan pokoknya.

e. Setelah selesai membacanya, periksalah kembali gagasan-gagasan pokok dari tulisan tersebut, adakah sependapat atau tidak.

f. Jika menemui poin e tersebut, kita dapat menyusun tanggapan dalam penyiapan tulisan polemik.

g. Mulai latihan menulis gagasan baru untuk menanggapi gagasan tulisan orang lain.

h. Tidak usah berharap sempurna, biarkan gagasan yang kita miliki mengalir seadanya dan sebebasnya tanpa kekangan, keharusan ini dan itu,

i. Setelah dipandang selesai, baca kembali karya itu.

j. Ketika membaca, perhatikan beberapa hal, seperti apakah tulisan yang kita buat sudah mencakup keseluruhan aspek dari yang ingin ditanggapi, apakah landasan argumentasi kita cukup kuat dan lengkap, apakah alur pikirnya jelas, bahasanya enak di baca, lalu periksa tanda bacanya.

k. Setelah itu, sempurnakan kekurangannya, jika perlu periksa berulang kali sampai tulisan menjadi lebih baik.

3. Tehnik mengembangkan Ide

Petunjuk praktis di bawah ini dapat digunakan oleh seorang penulis pemula untuk memperkaya ide dan bahan tulisannya.

1. Membawa alat tulis dan buku catatan serta buku bacaan. Bawalah buju catatan kecil untuk mencatat hal-hal yang bermanfaat. Catat ide-ide baru dan buatlah tanggapan mengenai ide baru tersebut. Ingat, buku itu diterbitkan karena ada ide di dalamnya.

2. Membuat catatan mengenai hal-hal menarik dari peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Catat kata-kata baru yang menarik dan gunakan dalam kalimat. Jika kata yang kita kuasai semakin banyak, semakin mudah kita menyusun kalimat, jika kita sudah mudah menyusun kalimat, langkah ke arah penulisan akan semakin lapang dan mudah.

3. Adakan riset dan wawancara serta diskusi.

4. Biasakan menulis dari hari ke hari.

5. Catat setiap ide yang datang ke pikiran kita.

Semua catatan di atas sangat berguna untuk memperkaya argumentasi kita, di samping bacaan Koran, buku, majalah, dan sumber-sumber tertulis lainnya.

4. Memilih Topik

Apabila ada banyak topik yang ingin kita pilih untuk menanggapi tulisan orang lain, hal yang harus dilakukan adalah :

a. Memilih satu topic yang cocok dengan minat kita.

b. Memiliki lebih banyak bahan.

c. Memiliki pandangan yang sama, tetapi argumentasi berbeda, atau pandangan berbeda dengan argumentasi yang cukup kuat.

Setelah memiliki topik tersebut, kita menguji hal berikut.

a. Apakah topic yang kita dapatkan itu menarik dan bernilai tinggi bagi orang banyak?

b. Apakah topic yang kita pilih tepat waktunya?

c. Apakah topic yang kita pilih itu cocok bagi kita serta kita memiliki latar belakang untuk membahasnya?

Langkah selanjutnya, kumpulkan bahan-bahan yang sudah ada dan cari yang belum ada, baik melalui literatur atau melalui pengamatan dan penelitian.

5. Mengorganisaikan Topik

a. Gambarkan faktanya, dari paparan fakta-fakta itu kita dapat menjelaskan adanya persoalan yang perlu dibahas.

b. Setelah fakta terurai, jelaskanlah bahwa di balik fakta itu ada masalah yang berharga.

c. Kita sampaikan beberapa penjelasan tentang kondisi yang seharusnya, dari ketimpangan antara fakta dengan keharusan pada tulisan yang ditanggapi tersebut, dengan memakai teori atau alur logika yang lurus.

d. Berikan jalan keluar dari persoalan yang kita sampaikan dengan argumentasi yang logis, tanpa ada kesan mengajari.

e. Buat kata penutup atau kesimpulan.

6. Tehnik Menyiasati Judul

Jika rancangan tulisan telah selesai dibuat dengan paduan pola di atas, kita tidak usah sungkan-sungkan untuk merevisi kembali judul rancangan kita bila ternyata masih kurang pas atau kurang menarik. Kita dapat membuat penyempurnaan judul tersebut dengan kriteria judul yang baik, yaitu :

1. Memotivasi pembaca

2. Langsung

3. Menarik perhatian pembaca

4. Orisinal

5. Memberi gambaran tentang isi

6. Tidak menylmpang dari masalah

7. Tidak terlalu panjang.

Contohnya adalah :

1. Etika Komuikasi untuk Komunikasi Beretika

( Tanggapan terhadap tulisan Aep Kusnawan )

Oleh : Muhammad Ihsan

2. Tawaran Jalan Alternatif Dinamika Agama

( Catatan untuk Aep Kusnawan )

Oleh : Zainul Milal Bizawie

7. Membuat Kerangka Tulisan atau Outline

Agar pikiran tidak kacau, sebelum membuat tulisan, buatlah outline atau sub-sub judul. Subjudul tersebut selain sangat membantu alur berpikir, juga membantu keterkaitan bahasa dari awal hingga akhir tulisan. Outline dapat memperjelas, menambah informasi dan menguatkan tulisan sehingga menjadi satu kesatuan unit yang tidak terpisahkan.

8. Membuat Awal ( Lead ) Tulisan

Tulisan pertama setelah judul disebut leher tulisan. Untuk membentuk leher tulisan yang menarik perhatian pembaca, kita dapat menyaisatinya melalui pemilihan bentuk :

a. Anekdot, yang pendek namun menggelitik pikiran atau perasaan.

b. Mengejutkan, kata pendek yang merupakan kesimpulan seluruh isi tulisan dengan dibubuhi tanda seru.

c. Naratis, situasi yang pendek.

d. Action, mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu.

e. Deskriptif, yaitu penggambaran, cocoknya untuk artikel mengenai alam.

f. Percakapan ( biaasnya denga “ anda “ )

g. Ikhtisar ( ringkasan ), pandangan selintas.

9. Membaca Isi ( Tubuh ) Tulisan

Ada beberapa jenis alur pikir dalam membangun isi tubuh tulisan, yaitu ; deduktif, induktif, induktif-deduktif, dan deskriptif atau naratif.

a. Deduktif

Dimulai dengan kalimat umum berupa kesimpulan persetujuan atau penolakan terhadap tulisan yang ditanggapi. Kemudian diikuti kalimat yang membuktikan pernyataan umum tersebut dengan menyebutkan hal-hal khusus atau detail-detail seperlunya.

Hal-hal tersebut tentu saja merupakan landasan sikap yang bermuatan argumentasi dan landasan yang kaya dan kuat. Jika tidak, sikap persetujuan atau penolakan terhadap tulisan yang ditanggapi, tidak akan memiliki nilai jual yang baik.

b. Induktif

Pola ini tidak dimulai dengan kalinat inti, melainkan dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk menghantarkan pembaca pada gagasan inti, yang terdapat pada akhir bahasan.

c. Deduktif-Induktif

Pada pola kalimat inti ( gagasan Pokok ) dinyatakan terlebih dahulu, kemudian pada kalimat terakhir, kalimat inti diulang lagi sebagai langkah pencocokan uraian yang telah dijabarkan.

d. Deskriftif atau Naratif

Tulisan dalam jenis ini tidak melakukan penilaian, tetapi hanya melukiskan atau menggambarkan keadaan objek yang ditulisnya, sehingga tidak ada kalimat inti yang ditunjuk secara khusus ( seluruhnya memiliki makna yang sama).

10. Strategi Argumen pada Akhir Tulisan

Dengan tidak memepersoalkan topic mana yang sikemukakan dalam argumentasi, penulis berkewajiban menjaga agar konklusi yang disimpilkannya tetap memelihara tujuan dan menyegarakan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai, dam menjaga konklusi-konklusi itu diterima sebagai suatu yang logis.

11. Menyiasati Akhir tulisan

a. Saran

b. Kesimpulan

c. Harapan

d. Solusi

e. Atau dapat juga dengan snaper atau gambaran sekilas, seperti : “ begitu kan ? “

I. Mengedit Tulisan

Ada beberapa alasan diperlukannya pengeditan tulisan

1. Pekerjaan menulis dan memperbaiki tulisan adalah dua pekerjaan yang berlainan. Agar menulis menjadi efektif, waktu menulis tidak dipakai untuk memperbaiki tulisan, sebaliknya, jika menulis dan mengedit dipisahkan penulisan akan cepat selesai dan pengeditan pun akan lebih jernih dan lancer.

2. Hanya penulis yang atahu persis isi dan arah tulisanya. Oleh karena itu, ia tahu gagasan benar –salahnya. Sebelum di edit orang, penulis hendaknya Mengedit dulu tulisannya.

J. Strategi memperbesar Peluang Dimuat

1. Tulisan polemik asli, bukan jiplakan, belum pernah simuat dalam penerbitan lain, dan hanya ditulis untuk pemerbit itu.

2. Mengandumg unsur baru, baik data konkret, opimi, dan saran-saran.

3. Gagasan tulisan polemik menyangkut kepentingan sebagian besar pembaca media.

4. Topik memiliki nilai aktual, sedang hangat dibicarakan masayarakat.

5. Cara penyajian tulisan polemik tidak perlu panjang lebar, tetapi padat, singkat, mudah ditangkap, dan enak dibaca. Panjang artikel/polemic maksimal 5,5 halaman kwarto, 5 halaman untuk resensi buku, 4-5 halaman dan 8 halaman untuk cerpen, semunya diketik dua spasi, dengan tulisan yang jelas, rapid an bersih, tanpa coretan maupun tipe-ex

Tidak ada komentar: